Selamat Datang di SD Negeri 3 Bayu

Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) SDN 3 Bayu
Tahun Pembelajaran 2011-2012

SDN 3 Bayu siap menerima dan mendidik anak-anak bangsa menghantarkan menjadi manusia yang cerdas & berakhlakul karimah, untuk menyongsong masa depan.

Sabtu, 16 Juli 2011

Contoh PTK persiapan PLPG


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK DENGAN CONTOH RELEVAN DENGAN PENGALAMAN ANAK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SIFAT BANGUN RUANG KELAS V

(Study Kasus di SD Negeri 3 Bayu Kecamatan Songgon Kabupatan Banyuwangi)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DIBUAT DALAM RANGKA PLPG 2011










PENELITI
UNTUNG WIYOKO, S.Pd
NIP. 19650603 199104 1 001
NO PESERTA...........................................



SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BAYU KECAMATAN SONGGON KA BUPATEN BANYUWANGI

BAB I
PENDAHULUAN

I.            Latar Belakang
1.1.Latar belakang masalah
Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Upaya untuk menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan formal hanyalah merupakan syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya peningkatan kemampuan terus menerus (continuous improvement) merupakan syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi. Salah satu pilihan upaya yang bisa digunakan guru untuk melakukan  continuous improvement adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas  merupakan salah satu alternatif model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran dalam beberapa siklus secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kesejawatan dan saling membutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2006 : 23). Dengan kata lain PTK merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir.
      Alasan lain yang juga ikut memperkuat perlunya guru melakukan PTK adalah keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya dan mungkin ditingkat yang lebih luas, sehingga ia perlu melakukan reviu terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai masukan terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya dipakai sebagai masukan dalam reviu  kinerja sekolah. Kegiatan menilai daya serap, reviu muatan kurikulum, atau reviu teknik pembelajaran yang efektif memerlukan keterampilan untuk melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih mantap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inovatif. Dengan kata lain PTK adalah suatu tindakan perbaikan pembelajaran yang memerlukan kompetensi secara komperhensif.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti diarahkan pada mata pelajaran Matematika . Berdasarkan hasil analisis nilai siswa kelas V SDN3 Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi untuk topik sifat bangun rung  diperoleh data sebagai berikut :
A.    Pada pembelajaran  konsep sifat bangun ruang, nilai rata-rata siswa  pada topik ini hanya mencapai 5,00 dari Kriteria Ketuntasan Minimal 6,00.
B.     Berdasarkan catatan penulis, pada pembelajaran konsep sifat bangun ruang ini siswa cenderung pasif.

      Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan, identifikasi penyebab masalahnya antara lain :
1.      Guru kurang memberikan contoh-contoh soal realistik (sesuai dengan         pengalaman keseharian siswa).
2.      Guru kurang memberikan latihan.
3.      Guru tidak menggunakan media/alat bantu pembelajaran untuk memperjelas konsep.
4.      Kurangnya waktu pembelajaran.
5.      Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam        proses pembelajaran.
6.      Guru kurang terampil mengelola kegiatan pembelajaran.
Dari analisis penyebab masalah, penulis dengan bantuan rekan sejawat dan supervisor, dalam hal ini adalah kepala SDN 3 Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi merencanakan alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalahnya sebagai berikut :
a. Matematika
 Pembelajaran Konsep sifat bangun ruang  akan menggunakan :
1. Pendekatan pembelajaran realistik.
2. Frekuensi latihan pemecahan masalah di tambah
3. Menggunakan alat peraga model kerangka bangun.


1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran realistik dengan menggunakan contoh yang relevan dengan pengalaman anak serta model bangun ruang dapat meningkatkan konsep pemahaman siswa tentang sifat bangun ruang ?


1.3.Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan perbaikan pembelajaran yang penulis laksanakan bertujuan :
  1. Mendeskripsikan pembelajaran realiatik untuk sifat bangun ruang.
  2. Mendeskripsikan dampak penggunaan pembelajaran realistik dengan penambahan latihan terhadap hasil belajar siswa.
  3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran realistik.
  4. Menerapkan solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dalam menerapkan model pembelajaran realiatik dan alat perga modek kerangka bangun.
1.4.  Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Bagi siswa pembelajaran model pembelajaran yang lain dari biasanya memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.
            Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan pembelajaran inkuiri menjadi alternatif pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran. Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.
           Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.Landasan teori
Sejak tahun 50-an sampai tahun 70-an tidak kurang dari 20 rangkuman penelitian penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika. Di antaranya yang paling lengkap adalah rangkuman Dr. Higgins dan Dr.Suydan tahun 1976, yang antara lain menyimpulkan :
1)      Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian alat peraga  dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong prestasi siswa.
2)      Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang meyakinkan dari belajar dengan alat peraga terhadap yang tidak memakai. Besarnya persentase yang menyatakan bahwa penggunaan alat peraga itu paling tidak hasil belajarnya sama dengan yang tidak menggunakan alat peraga adalah 90%.
3)      Manipulasi alat peraga itu penting bagi siswa SD di semua tingkatan.
4)      Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi alat peraga itu hanya berhasil ditingkat yang lebih rendah.
Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, di antaranya:
1)      Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya mempelajari matematika semakin besar. Anak akan terangsang, senang, tertarik, dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
2)      Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.
3)      Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.
4)      Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.
5)      Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
            Alat peraga untuk menerangkan konsep matematika itu dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Alat peraga yang berupa benda-benda real itu memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan benda-benda nyata itu dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasikan sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Karenanya untuk bentuk tulisan kita buat gambarnya atau diagramnya tetapi tetap masih memiliki kelemahan karena tidak dapat dimanipulasikan berbeda dengan benda-benda nyatanya.
2.2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
          Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang berarti kegiatan pencaharian atau ekspolrasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2) mendefisikan action research sebagai berikut :
Action research is a form of self – refflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and the situations (and institutions) in which the practices are carried out.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :
1)      Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2)      Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
3)      Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4)      Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan
            Dari keempat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.











BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.  Subjek Penelitian
Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas V (Lima) SDN 3 Bayu  Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi pada mata pelajaran matematika KD 4. Waktu pelaksanaan adalah dimulai dari tanggal  19 September 2011  dengan rincian sebagai berikut : 
  1. Pada hari Senin tanggal 19 September 2011  perbaikan pembelajaran Matematika siklus I dari pukul 08.30 sampai dengan 09.10.
  2. Pada hari Senin tanggal 26 September 2011  perbaikan pembelajaran siklus II dari pukul 08.30 sampai dengan 09.10.
Karakteristik siswa kelas V (Lima) SDN3 Bayu   Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : Jumlah  siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan jumlah siswa perempuan adalah 15 orang yang  berasal dari afdeling-afdeling di sekitar SDN 3 Bayu. Dari 30 siswa, 4 orang diantaranya adalah tidak naik kelas pada tahun ajaran sebelumnya.
3.2.Definisi Operasional Variabel

3.3.Desain dan rencana penelitian

B.  Deskripsi Persiklus
Kegiatan perbaikan pembelajaran matematika untuk konsep bangun ruang, dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada setiap siklus perbaikan, penulis dibantu oleh rekan sejawat dan supervisor yaitu pengawas TK/SD Kecamatan Rajeg yang selanjutnya pada laporan ini disebut tim peneliti. Berikut deskripsi dari setiap prosedur kegiatannya : 



1. Perencanaan
Pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab masalah pada pembelajaran pra siklus guru, rekan sejawat dan supervisor yang selanjutnya disebut tim peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :
a)      Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran yang disesuaikan dengan pendekatan belajar realistik berbasis materi dan media yang nyata dan dekat dengan siswa dengan penekanan pada metode penyelidikan.
b)      Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan pendekatan belajar yang dimaksud.
c)      Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
Sedangkan pada rencana tindakan siklus II yang dirumuskan berdasarkan refleksi dari siklus I tim peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :
a)      Melakukan review dan re-planning rancangan pembelajaran dimana pada siklus II fokus kegiatan belajarnya terletak pada pendemonstrasian teknik menggambar bangun ruang dengan memanfaatkan pengetahuan sifat bangun ruang yang diketahui.
b)      Mengembangkan lembar kerja siswa.
c)      Mengembangkan instrumen observasi.
b. Pelaksanaan/Tindakan
Pada kegiatan pelaksanaan siklus I, rincian kegiatan yang dilakukan peneliti, rekan sejawat dan supervisor ialah :
  1. Peneliti sehari sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu melakukan semacam micro teaching/simulasi tentang pembelajaran inkuiri  dengan bimbingan supervisor.
  2. Melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas sesuai langkah-langkah yang tercantum pada perencanaan perbaikan pembelajaran. Secara garis besar prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut :
    • Mengajukan pertanyaan eksploratif/probing kepada siswa untuk menggali pehamaman mereka tentang model-model bangun ruang dan konsep awal mengenai sifat bangun ruang.
    • Mengenalkan terlebih dahulu konsep awal sifat bangun ruang.
    • Membagi siswa menjadi kelompok penyelidikan terpandu untuk menganalisis sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS).
    • Membimbing siswa untuk mengakurasi hasil penyelidikannya dengan konsep teori sifat bangun ruang.
  1. Rekan sejawat dan supervisor di belakang kelas melakukan pengamatan.
  2. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.
Sedangkan pada siklus II garis besar prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah sebagai berikut :
    • Kegiatan siswa berlomba menulis dan menyebutkan sifat bangun ruang balok dan kubus dan bangun ruang lainnya dari pengetahuan awal mereka.
    • Mendemonstrasikan teknik menggambar bangun ruang.
    • Melatih siswa menggambar bangun ruang.
    • Memberikan penguatan, dengan menempel gambar pada papan pajangan.
c. Pengamatan
            Pada kegiatan pengamatan, rekan sejawat dan supervisor mengamati peneliti dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran dan mengamati perilaku siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen lembar observasi sebagai berikut :




Tabel 1
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I
Mata Pelajaran         : …………………………
Kelas                        : …………………………
Hari / Tanggal          : …………………………
Fokus pengamatan   : Penjelasan guru, penggunaan alat peraga, pemberian contoh
                                   dan latihan, serta  penggunaan teknik dan metode
                                   pembelajaran, sistematika penyajian, perubahan aktivitas
                                   siswa, kemajuan hasil belajar.
No
Aspek Yang diobservasi
Kemunculan
Komentar
Ada
Tidak
1.

Penjelasan konsep oleh guru



2
Pemberian contoh



3
Pemberian latihan.



4
Kemajuan hasil Belajar Siswa



5
Perubahan aktivitas siswa



6
Penggunaan alat peraga



7
Penggunaan teknik dan metode pembelajaran



8
Sistematika penyajian



                Pengamat ,
               …………..
Untuk memudahkan pengisian lembar observasi  tersebut, tim peneliti merancang deskripsi indikator keberhasilan dimana pengamat ketika membubuhkan tanda check list () pada kolom ada atau tidak memperhatikan indikator-indikator berikut ini :


No
Aspek Yang di Observasi
Indikator Keberhasilan
1
Penjelasan oleh guru
Relevan dengan konsep dan semakin mudah dipahami oleh anak.
2
Pemberian Contoh
Contoh relevan dengan konsep dan mempermudah anak untuk mengerjakan soal lainnya.
3
Pemberian latihan
Siswa semakin mahir menggambar bangun ruang
4
Kemajuan Hasil Belajar Siswa
Nilai siswa meningkat pada setiap siklusnya
5
Perubahan aktivitas siswa
Siswa semakin terlibat aktif dalam pembelajaran
6
Penggunaan alat peraga
Makin kongkritnya konsep yang diajarkan
7
Metode
Makin variatifnya metode dan relevan serta efektif terhadap peningkatan hasil belajar
8
Sistematika Penyajian
Urutan memperhatikan prinsip model spiral yaitu dari mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, terdekat ke terjauh dsb.

Selain intrumen observasi di atas, tim peneliti akan menjadikan hasil penilaian siswa dalam pengerjaan LKS dan pengamatan kerja kelompok sebagai bahan refleksi.
d. Refleksi
Berdasarkan lembar observasi (lihat lampiran) masih terjadi kelemahan-kelemahan mendasar pada saat perbaikan pembelajaran siklus I antara lain,
·   Contoh yang disajikan guru masih kurang.
·   Sistematika penyajian perlu diperbaiki. Pada saat tahap pengenalan konsep mestinya peneliti menggunakan pengetahuan siswa yang dikuasai tentang konsep sifat bangun datar untuk dikaitkan dengan kosep sifat bagun ruang.  
·   Sebagian siswa masih belum memahami penjelasan guru.     
Sedangkan kekuatan perbaikan pembelajaran pada siklus I yaitu :
  • Pembelajaran inkuiri berimbas positif terhadap perubahan aktifitas dan kreatifitas siswa.
  • Alat peraga kerangka bangun ruang cukup komunikatif dalam menyampaikan pesan pembelajaran. 
Selain hal tersebut agar kemampuan siswa secara individual dapat diukur, pada LKS kelompok ada perintah untuk pengerjaan secara individual dalam naungan kelompok.
Sedangkan pada siklus II berdasarkan hasil observasi (terlampir) yang dilakukan rekan sejawat dan supervisor, didapati kekuatan-kekuatan perbaikan pembelajaran siklus II antara lain :
  • Penjelasan guru menjadi lebih jelas.
  • Contoh dan latihan disampaikan relevan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
  • Sistematika penyajian terurut dengan baik.














BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Per Siklus
Siklus I
          Setelah melakukan perencanaan tindakan dimana rancangan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik dan alat peraga model bangun ruang berbasis metode penyelidikan berpandu pada LKS, pelaksanaan berdasarkan prosedur pembelajaran yang di rancang dan pengamatan berdasarkan instrumen observasi. Diperoleh data perbandingan sebagai berikut :
a. Data nilai siswa
Siklus
KKM
Terendah
Tertinggi
Modus
Rata-Rata
Pra Siklus
60,00
35,50
60,50
45,00
45,80
Siklus I
60,00
50,00
75,00
60,00
60,50
Keterangan :
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal.
2. Nilai lengkap lihat pada lampiran.
b. Data Observasi
            Data-data yang diperoleh dari observasi adalah, sebagian siswa belum memahami penjelasan guru, kurangnya contoh, kurangnya latihan, adanya peningkatan kemajuan belajar, lebih aktif dari pembelajaran sebelumnya, metode sudah cukup veriatif, perlunya konsep yang sudah dikuasai anak ditampilkan pada kegiatan awal.
            Dari paparan tersebut dapat digambarkan keberhasilan-keberhasilan antara lain, pertama pendekatan belajar sudah tepat, kedua alat peraga memudahkan siswa mengerjakan LKS, ketiga siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.
Sedangkan kelemahan-kelmahannya dapat digambarkan sebagai berikut, pertama belum semua siswa memahami penjelasan yang disampaikan guru, kedua masih ada nilai siswa yang belum mencapai nilai KKM, ketiga contoh dan latihan belum cukup dari segi kuantitas untuk meningkatkan kemampuan siswa. 
Siklus II
         Setelah melakukan rancang ulang rencana tindakan, melaksanakan tindakan yang dirancang, dan observasi pada pengamatan, diperoleh data sebagai berikut :
a. Data nilai siswa
Siklus
KKM
Terendah
Tertinggi
Modus
Rata-Rata
Siklus I
60,00
50,00
75,00
60,00
60,50
Siklus II
60,00
60,00
80,00
65,00
67,83
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal.
2. Nilai lengkap lihat pada lampiran.
b. Data Observasi
Siswa memahami penjelasan  konsep, contoh tepat, Latihan cukup, semua siswa sudah menunjukkan kemajuan belajar, metode penyelidikan membuat siswa tertantang sehingga terlibat aktif dalam proses pembelajaran, langkah pembelajaran terurut dengan baik sehingga setiap langkah bermakna dalam meningkatkan pemahaman siswa.
Dari data-data di atas khususnya dari nilai siswa apabila data nilai siswa ditampilkan dengan grafik, akan terlihat sebagai berikut :
B.  Pembahasan
           Berdasarkan data-data di atas temuan yang cukup menarik dari pembelajaran siklus I adalah rata-rata nilai siswa meningkat 32 % dibandingkan pembelajaran sebelumnya namun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM (lihat nilai terendah). Apabila dikomparasi dengan hasil observasi rekan sejawat maka penyebabnya bukan pada model pendekatan pembelajaran dan alat peraga yang digunakan tetapi dari cara guru menjelaskan, latihan dan contoh yang kurang dan desain sistematika penyajian. Dengan kata lain teori belajar yang melandasi penggunaan pendekatan ini memang terbukti dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
            Melihat hal tersebut tidak salah kiranya tim peneliti merekomendasikan agar cara menjelaskan guru diperbaiki dimana mengurangi istilah-istilah yang tidak dimengerti siswa, menggunakan ilustrasi-ilustrasi, diucapkan ulang pada bagian penting materi. Dan rekomendasi yang penting adalah perubahan pada kegiatan awal dimana pembelajaran dikaitkan dengan konsep yang sudah dipelajari anak. Sehingga hasil belajar siklus II meningkatkan kembali rata-rata nilai siswa menjadi 40 %.













BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

A.  Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah :
  1. Pendekatan pembelajaran inkuiri terpandu membuat siswa termotivasi sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.
  2. Model belajar secara kelompok dapat menjembatani kesenjangan kemampuan antar siswa.
  3. Alat peraga yang komunikatif dan relevan dengan pengalaman belajar anak dapat meningkatkan pemahaman siswa.
B.  Saran dan Tindak Lanjut
  1. Disarankan kepada rekan-rekan sejawat yang mengalami masalah serupa dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang agar melakukan pendekatan inkuiri sehingga pembelajaran menjadi bermakna karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pengetahuannya.
  2. Kepada Kepala Sekolah disarankan agar membuka ruang kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesionalnya dan mengutamakan proses ketimbang hasil.
  3. Kepada supervisor dalam hal ini pengawas TK/SD Kecamatan Rajeg agar selalu membuka wawasan dan mengubah pandangan guru untuk selalu menyajikan pembelajaran yang variatif dan bermakna dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.






DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk.(2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka
Anonim (2006) Kurikulum Standar isi. Jakarta : Depdiknas
Arifin, Zainal (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; & Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Karso, dkk. (2000) Pembelajaran Matematika II. Jakarta : Universitas Terbuka
Wardani, I G. A. K.; Wihardit, K; & Nasoetion, N (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka






Tidak ada komentar:

Posting Komentar